Tidak Perlu Kata Akomodir, Bikin Soal Kejurnas Slalom Yang Lengkap Saja Seperti Biasa - Event Update - Racing 4 Autonews | 4W Motorsport News

Tidak Perlu Kata Akomodir, Bikin Soal Kejurnas Slalom Yang Lengkap Saja Seperti Biasa

June 22, 2022 | Editor Sport

RACING4.NET - 22 Juni 2022 - Bandung - EDITORIAL REDAKSI - Berbincang dengan lebih dari 10 peslalom dari lebih dari 1 team slalom tentang 'heboh'nya bentuk soal slalom Kejurnas Autokhana (Slalom) 2022 putaran 1 di Arena GOR Satria Purwokerto weekend lalu (18/06) membuat team redaksi Racing4 Autonews Bandung mencoba berpendapat dan melakukan diskusi singkat dengan pihak terkait selain komunitas peserta (konon ada yang ber-petisi).


Redaksi menyoroti konon katanya dalam soal sekelas Kejurnas Slalom kali ini tidak ada rintangan berputar-kecil dan tidak ada rintangan angka-8.


Jujur saja, diakui jika melihat regulasi nasional memang tidak wajib seluruh bentuk rintangan ada dalam 1 soal kejurnas slalom.  Oleh salah satu punggawa Komisi Slalom IMI Pusat juga berpendapat yang sama, walau sama-sama terdengar kaget juga.


Bahkan berbincang dengan Pimpinan Lomba juga menegaskan hal yang sama.  Dituturkannya  bahwa yang penting sudah sesuai dengan regulasi nasional.  Redaksi juga setuju dikitkan dengan persoalan teknis soal slalom memang sudah sesuai regulasi. Ditegaskan juga tidak mengarah kepada diuntungkannya salah satu pihak, karena saat lomba skill dari setiap peslalom lah yang menentukan hasil akhirnya.


Pendapat umum yang disampaikan secara gamblang oleh salah satu punggawa team slalom papan atas asal Jawa Barat memaparkan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah soal slalom nasional sejak era 80an kini tidak ada rintangan putaran kecil dan angka 8.  Ini jadi mencuatkan spekulasi (sehingga lahir petisi-an) di kalangan komunitas bahwa mungkin ada yang tidak mau as roda-nya patah saat lomba.  Ya sah saja untuk berpendapat tapi tidak perlu mencuat. Dan selama lomba juga berlangsung fair dan kompetitif.


Terdengar kabar hari ini (22/06) konon telah terjadi pertemuan antara pihak terkait kisah 'heboh'ini dan akan meng-akomodir keinginan komunitas termasuk petisi.  Syukurlah kalo begitu.


Sebentar sebelum ditutup...dalam ranah organisasi IMI tidak mengenal Petisi-an, jadi gunakan cara keberatan tertulis dengan menggunakan data entrant team masing-masing.  Atau ada 1 cara lainnya sesuai peraturan organisasi IMI.


Jangan juga menghasilkan keputusan berdasarkan Petisi-an, tapi patut diterima oleh IMI bahwa budaya slalom nasional tetap mengharapkan sajian soal slalom yang lengkap dan terserah seperti apa kemasan dan racikan dapur duel ngebutnya.


Jadi tidak perlu ada istilah MENG-AKOMODIR, karena terkesan diam-diam mencoba hal baru untuk disajikan kepada komunitas yang justru jadi target market-nya.  Tapi kenyataannya, terlalu banyak peslalom yang keberatan.  Ada kontra-produktif di arena.  Pengawas Lomba juga puyeng jadinya.


Jadi yang benar adalah, KEMBALI SAJA KEPADA KEBIASAAN MEMBUAT SOAL SLALOM YANG DISUKAI OLEH TARGET MARKET DAN KOMUNITASNYA.  Lebih bagus tiap putaran kejurnas punya gaya soal yang berbeda-beda, TAPI TETAP LENGKAP dan BIKIN DUEL MAKIN SERU.


Itu saja.  Tanggapan yang terbaik dan kritis akan Redaksi tayangkan sebagai Berita Baru atau Sanggahan Objektif.


Jaya Selalu Slalom Indonesia.  Sukses untuk Promotor, IMI dan Komunitas Slalom pada umumnya


ET


(menulis tidak berdasarkan petisi)